Kalau sebelumnya kita sudah membahas cara membuat kamera lubang jarum, atau kamera obscura, kali ini kita akan menelusuri sejarah, untuk mengetahui siapa sih tokoh yang pertama kali membuat kamera ini.
Tahu nggak sih, tenyata tokoh yang berjasa tersebut adalah seorang ilmuwan muslim yang berasal Iraq? Jauh sebelum ilmuwan Barat menemukan kamera, prinsip dasar pembuatan kamera telah dicetuskan oleh seorang ilmuwan Muslim sekitar 10 abad yang lalu.
Beliau adalah Ibnu al-Haitham. Pada akhir abad ke-10 Masehi, al-Haitham berhasil membuat kamera pertama di dunia, yang dikenal dengan istilah kamera obscura. Mari kita kenal lebih jauh tentang karya-karya beliau yang luar biasa (sayangnya tak banyak orang yang tahu.....)
Desain Kamera Obscura |
Di Barat beliau dikenal dengan nama Alhazen(versi latin dari kata al-Hasan). Bapak fisika modern ini lahir di Kota Basrah, Persia (sekarang termasuk wilayah Iraq) pada tahun 965 M atau tahun 345 H. Ibnu Haitham meninggal di Kairo, Mesir, pada tahun 1039. Sejak kecil al-Haitham dikenal anak yang cerdas. Setelah beranjak dewasa ia pernah bekerja sebagai pegawai pemerintah di Basrah. Setelah beberapa lama beliau memutuskan untuk menuntut ilmu ke kota Ahwaz dan Baghdad.
Ibnu Haitham merupakan seorang ilmuwan yang sangat suka melakukan penelitian. Beliau memiliki laboratorium yang sederhana tetapi sangat lengkap di Kota Basra. Ibnu Haitham melakukan penelitian-penelitian untuk menetapkan teori tentang sudut pantul dan sudut pandang, pembiasan cahaya dalam air dan kaca, serta berbagai posisi bayangan di atas cermin-cermin datar, cekung, maupun cermin cembung, dan bulatan berbentuk bola. Dari penelitian-penelitian tersebut, Ibnu Haitham meletakkan dasar-dasar pembuatan lensa untuk kamera.
Prinsip Kerja Kamera Obscura |
Penemuan Ibnu Haitham yang lain dan juga paling terkenal adalah penemuan tentang sifat mata manusiaa. Beliau berpendapat bahwa berkas cahaya bergerak dari obyek dan berjalan menuju ke mata. Benda dapat terlihat karena ia memantulkan cahaya ke dalam mata. Beliau juga mengungkapkan bahwa retina mata adalah tempat penglihatan, bukan yang mengeluarkan cahaya. Teori ini mampu mematahkan teori penglihatan yang diajukan Euclides dan Ptolemaeus berabad-abad sebelumnya. Dua ilmuwan Yunani itu yang berpendapat bahwa benda terlihat karena mata memancarkan cahaya yang mengenai objek. Ibnu Haytham mengoreksi teori tersebut.
Sayangnya tidak banyak orang yang tahu bahwa orang pertama yang menjelaskan mekanisme penglihatan manusia (yang menjadi dasar teori optik modern) adalah ilmuwan Muslim asal Irak ini. Karya ilmiah beliau tersebut, dituangkan dalam Kitab Al Manadhir (Kitab Optik). Dalam kitab tersebut, ia menjelaskan berbagai ragam fenomena cahaya termasuk sistem penglihatan manusia. Selama lebih dari 5 abad, Kitab Al Madahir bertahan sebagai buku terpenting dalam ilmu optik. Pada tahun 1572, Kitab Al Manadhir diterjemahkan ke bahasa Latin dengan judul Opticae Thesaurus.
Haytham mencatat sejarah sebagai orang pertama yang menggambarkan keseluruhan detil bagian mata manusia. Beliau memberikan penjelasan yang akurat dan ilmiah tentang bagaimana proses penglihatan manusia. Dalam bukunya, Ibnu Haytham menjelaskan juga menjelaskan sistem penglihatan sejak kinerja syaraf di otak hingga kinerja mata. Ibnu Haytham juga menjelaskan secara detail bagian dan fungsi serta peranan bagian-bagian mata seperti konjungtiva, iris, kornea, dan lensa mata terhadap penglihatan manusia.
Bab tiga volume pertama buku Ibnu Haytham tersebut mengupas ide-ide Ibnu Haytham tentang cahaya. Haytham meyakini bahwa sinar cahaya keluar dari garis lurus dari setiap titik di permukaan yang bercahaya. Beliau membuat percobaan yang sangat teliti tentang lintasan cahaya melalui berbagai media hingga beliau menemukan teori pembiasan cahaya. Beliau jugalah yang melakukan percobaan pertama tentang penyebaran cahaya terhadap berbagai warna.
Dalam buku yang sama, Ibnu Haytham menjelaskan tentang ragam cahaya yang muncul pada saat matahari terbenam, juga teori tentang berbagai macam fenomena fisik seperti bayangan, gerhana, dan juga pelangi. Ia juga melakukan eksperimen untuk menjelaskan penglihatan binokular dan memberikan penjelasan yang benar tentang peningkatan ukuran matahari dan bulan ketika mendekati garis horison.
Sementara dalam bukunya yang berjudul Mizan al-Hikmah, Ibnu Haytham mendiskusikan kepadatan atmosfer dan membangun hubungan antara hal tersebut dengan faktor ketinggian. Ibnu Haytham juga mempelajari pembiasan cahaya pada atmosfer dan menemukan fakta bahwa senja hanya muncul ketika matahari sedang berada pada posisi 19 derajat di bawah horison. Berdasarkan hal itulah, Ibnu Haytham mencoba mengukur tinggi atmosfer. Hal lain yang dibahas dalam bukunya ialah teori daya tarik massa, sebuah fakta yang menunjukkan Ibnu Haytham menyadari korelasi percepatan dengan gravitasi.
Selain dalam bidang fisika, Ibnu Haytham juga memberikan sumbangsih yang cukup penting dalam ilmu matematika. Beliau mengambangkan analisis geometri dengan membangun hubungan antara aljabar dengan geometri.
Haytham juga menulis buku tentang kosmologi yang kemudian diterjemahkan ke bahasa Latin dan bahasa Yahudi pada abad pertengahan. Karya beliau lainnya adalah buku tentang evolusi, yang hingga saat ini juga masih menjadi perhatian para ilmuwan.
Diperkirakan beliau menulis lebih dari 200 buku, namun hanya sedikit yang masih terisa. Kitab Al Manadhir yang monumental, juga tidak diketahui lagi dimana rimbanya. Orang hanya bisa mempelajari terjemahan kitab tersebut yang ditulis dalam bahasa Latin. Bahkan karya besar beliau sepertinya dikaburkan sejarah. Dua fakta berikut ini buktinya:
Yang
Tercatat dalam Sejarah
|
Fakta
Teori Optik
|
Isaac Newton, pada abad
ke-17, dalam teori konvergensi cahaya, menemukan bahwa cahaya putih terdiri
dari beragam warna cahaya.
|
Al Haytham (abad ke-11)
dan Kamal Ad Din (abad ke-14) pernah mengungkapkan hal yang sama. Newton
bukan satu-satunya ilmuwan yang menyatakan teori itu.
|
Ilmuwan Inggris, Roger
Bacon (1292) mengemukakan pertama kali tentang kegunaan lensa kaca untuk
membantu pengelihatan.
|
Lensa itu merupakan
penyederhanaan bentuk dari hasil kerja Al Haytham. Pada waktu yang bersamaan,
kaca mata dibuat dan digunakan di Cina dan Eropa.
|
Ibnu Haitham dikenal sebagai seorang yang memiliki sifat teliti dan berhati-hati. Beragam teori tentang ilmu optik telah dicetuskannya sebagai hasil kajian yang serius dalam mempelajari seluk-beluk ilmu optik. Beliau juga mencetuskan teori tentang berbagai macam fenomena fisika seperti terbentuknya bayangan, terjadinya gerhana, dan pelangi. Beliau juga melahirkan teori lensa pembesar. Teori itulah yang digunakan para ilmuwan di Italia hingga menghasilkan kaca pembesar yang pertama di dunia. Melalui Kitab Al Manadhir, teori optik pertama dijelaskan, dan hingga 500 tahun kemudian, teori Al Haytham masih dikutip banyak ilmuwan.
Sangat wajar jika dihargai sebagai ilmuwan optika terbesar sepanjang abad, sejajar dengan Witelo dan Ptolemeus. Ilmu optika dapat mencapai taraf kemajuan seperti sekarang, di mana alat-alat optika tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia modern, semua itu tidaklah lepas dari pemikiran-pemikiran Ibnu Haitham.
Referensi:
https://aliabdussalam.wordpress.com/2012/11/14/ibnu-al-haytham/
https://filosofotografi.wordpress.com/2014/02/09/ibnu-al-haitham-kamera-pertama-di-dunia/
http://dzaagil.blogspot.com/2013/10/teori-optik-ibnu-haitham.html
http://www.britannica.com/EBchecked/topic/738111/Ibn-al-Haytham
http://www-history.mcs.st-and.ac.uk/Biographies/Al-Haytham.html
0 komentar