Contoh Keteladanan Keluarga Nabi Ibrahim yang sangat Berharga

Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang jujur malah didustakan, Pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada masa itu Ruwaibidhah  berbicara. Ada yang bertanya : "Apa yang dimaksud Ruwaibidhah ?". Beliau menjawab : "Orang bodoh yang turut campur (berbicara) dalam urusan masyarakat luas. (HR ibnu Majah)

Ribuan tahun yang lalu, di tanah kering dan tandus, diatas kawasan gersang, diantara bukit-bukit bebatuan yang ganas, sebuah cita-cita besar ummat manusia dipancangkan, sebuah cita-cita yang kelak terbukti melahirkan peradaban besar.

Ust. Agus Effendi Mengisi Khotbah I'dul Adha 1435 H di Setda Temanggung
Apa yang dipancangkan Nabi Ibrahim tersebut adalah sebuah peristiwa sejarah yang menentukan perjalanan hidup manusia. Ia menghendaki sebuah masyarakat yang bersih, memiliki kepercayaan, nilai-nilai luhur dan tata aturan (syariat) yang menjadi dasar kehidupan bersama. Dan, hal itu hanya mungkin terjadi jika terdapat kesesuaian antara realitas kehidupan yang ada dengan keyakinan (aqidah), nilai-nilai luhur (akhlaq), dan tata aturan yang diyakini.

Minimal ada 4 pelajaran yang kita dapat dari kisah perjalanan Nabi Ibrahim dan keluarganya adalah :

  1. Berbaik sangka kepada Allah s.w.t
    Ingatlah disaat ibrahim bersama istrinya dan ismail yang belum disapihnya melakukan perjalanan yang panjang, hingga akhirnya tiba di padang sahara, dan terus berjalan menuju sebuah lembah yang tidak ditumbuhi tanaman, tidak ada buah-buahan, tidak ada pepohonan, tidak ada makanan, tidak ada minuman bahkan tidak ada kehidupan didalamnya.

    Ditempat itu beliau menurunkan istri dan anaknya, dan tanpa berkata-kata beliau meninggalkan keduanya, yang hanya dibekali sekantung makanan dan sedikit air yang tidak cukup untuk 2 hari. Selain melihat kiri dan kanan ibrahim melangkah meninggalkan tempat itu, sehingga Hajar terperangah diperlakukan denmikian. Sambil membuntuti suaminya dari belakang iapun bertanya : "Wahai Ibrahim hendak pergi ke manakah engkau ? Apakah engkau akan meninggalkan kami di lembah yang tidak ada sesuatupun  ini ?"  Nabi Ibrahim tidak menjawab dan terus berjalan, walaupun istrinya mengulang-ulang pertanyaannya. Akhirnya Hajarpun bertanya "Apakah Allah yang memerintahkanmu untuk pergi meninggalkan kami?"  Nabi Ibrahim menjawab : "Benar". Kemudian istri yang shalihah itu berkata : "Kala itu memang peringah Allah, pasti Dia tidak akan menyia-nyiakan kami"  Ibrahumpun berjalan meninggalkan mereka.

    Lihatlah bagaimana Nabi Ibrahim dan istrinya dalam berbaik sangka (Husnudhan) kepada Allah Ta'ala, mereka meyakini bahwa Selagi mereka dijalan Allah, maka tidak akan ada yang menyengsarakannya atau mencelakainya, bahkan membinasakannya.

    Sebuah ironi bila kita lihat pada zaman ini, banyak manusia memiliki prasangka buruk kepada Allah, frustasi, bahkan bunuh diri dianggap sebagai solusi. Padahal, kesengsaraan yang menimpanya bukan karena sedikitnya nikmat Allah berikan kepada mereka, akan tetapi karena sedikitnya husnuzdan mereka kepada kebaikan Allah :

    Allah Berfirman dalam Hadist Qudsi :

    "Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku akan bersamanya selama ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku, Jika ia mengingat-Ku dalam sekumpulan orang maka Aku akan mengingatnya dalam sekumpulan yang lebih baik dan lebih bagus darinya. Jika ia mendekat kepada-Ku satu jengkal maka Aku akan mendekatnya satu hasta, jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta maka aku akan mendekat kepadanya satu depa, dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendatanginya dengan berlari" (HR. Al-Bukhari wa Muslim)

    Kita harus belajar kepada Hajar, karena walaupun dia seorang wanita lemah yang sedang mempunyai bayi, kemudian ditinggalkan suaminya dipadang gersang tetapi yakin jika ini adalah perintah Allah maka pasti Allah tidak akan menyia-nyiakannya.
  2. Mencari Rizki yang Halal
    2 hari setelah Hajar dan Ismail kecil ditinggalkan oleh ibrahim, bekal makanan dan air yang dibawanya telah habis, air susunya pun kering, sehingga Hajar dan Ismail mulai kehausan. Ismail mulai menangis karena kehausan. Hajar berlari kecil-kecil 7 kali bolak-balik Bukit Safa dan Marwah berharap ada makanan / minuman atau ada musafir.

    Ibrah dari kejadian ini adalah Kesungguhan Hajar dalam mencari air. Ia mengerahkan segala tenaganya, walaupun bolak-balik dari shafa dan Marwah belum mendapatkan air, dia terus berusaha, walaupun akhirnya air itu ada didekat anaknya sendiri.
  3. Berkorban untuk Allah s.w.t 
    Ketika Ismail tumbuh dan bertambah besar, Nabi Ibrahim sudah bertambah tua, hatinyapun tertambat kuat kepada putranya, Allah hendak menguji kecintaan Ibrahim kepada ujian yang besar disebabkan cintanya itu.

    Allah berfirman : "Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama ibrahim, Ibrahim berkata : "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu !" ia menjawab : "Wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar " (QS. Ash-Shaffat : 102)
Demikian paling tidak 3 Point Keteladanan Keluarga Ibrahim yang dikenang sampai hari ini , bahkan diabadikan Allah dalam Ritual Haji !

Semoga Bermanfaat
Sumber : Disarikan dari Khotbah Idhul Adha 4 Oktober 2014 di Setda Temanggung oleh Ust. Agus Effendi dari Kranggang Temanggung

0 komentar