Al Qur'an dan Sains

 
Islam merupakan agama akal (reason) sekaligus nurani (conscience).  Benarkah? 
Jika benar tentu ayat-ayat Al Quran, sebagai kitab suci umat Islam tidak boleh bertentangan, bahkan semestinya mendorong perkembangan Sains. 

Berikut adalah beberapa fakta ilmiah dalam ayat-ayat Al Quran. Subhanalloh....." Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan"

Pembentukan Alam Semesta 
sumber gambar : http://www.evz.ro
Asal mula alam semesta diuraikan Al-Quran dalam ayat berikut:
“Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia menge-tahui segala sesuatu.” (QS. Al An'aam, 6: 101) !
     Informasi yang diberikan Al Quran ini sepenuhnya sesuai dengan temuan sains masa kini. Kesimpulan yang dicapai astrofisika saat ini adalah bahwa seluruh alam semesta,

bersamaan dengan dimensi materi dan waktu, muncul sebagai akibat dari ledakan besar yang terjadi dalam ketiadaan waktu. Peristiwa ini, yang dikenal sebagai “Big Bang”, membuktikan bahwa alam semesta telah diciptakan dari ketiadaan sebagai hasil ledakan satu titik tunggal. Kalangan ilmiah modern sependapat bahwa “Big Bang” adalah satu-satunya penjelasan masuk akal yang dapat dibuktikan untuk permulaan dan pembentukan alam semesta.

            Sebelum “Big Bang” , materi itu tidak ada. Dari kondisi “ketiadaan” ketika materi, energi, bahkan waktu, tidak ada, dan kondisi itu hanya dapat digambarkan secara metafisis materi, energi, dan waktu diciptakan. Fakta yang ditemukan baru-baru ini oleh fisika modern, telah diumumkan kepada kita dalam Al Quran 1400 tahun lalu.

 Perluasan Alam Semesta
            Di dalam Al Quran yang diturunkan 14 abad lalu, ketika ilmu astronomi masih primitif, perluasan alam semesta telah digambarkan seperti ini:
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami)  dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskan-nya.” (QS. Adz Dzaariyaat, 51: 47) !
sumber : http://www.zamandayolculuk.com
            Kata “langit”, seperti di-nyatakan dalam ayat ini, diguna-kan di pelbagai tempat dalam Al Quran dengan arti ruang angkasa dan alam semesta. Di sini, kata itu digunakan lagi dengan arti tersebut. Dengan kata lain, dalam Al Quran diungkapkan bahwa alam semesta mengalami “per-luasan”. Dan ini tepat sama dengan kesimpulan yang dicapai sains saat ini. 

Sampai awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang berlaku di dunia sains adalah bahwa “alam semesta mempunyai sifat konstan dan ada sejak waktu tak ber-hingga”. Tetapi, penelitian, pengamatan, dan  perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya mempunyai per-mulaan, dan bahwa ia secara terus-menerus meluas. Perluasan alam semesta dapat digambarkan seperti sebuah balon yang ditiup, sehingga terus membesar ke semua arah.

Pada awal abad ke-20, ahli fisika Rusia, Alexander Friedmann, dan kosmolog Belgia, Georges LemaƮtre, secara teoretis menghitung bahwa alam semesta bergerak secara konstan dan bahwa ia meluas.
             
Fakta ini telah dibuktikan juga dengan data pengamatan pada tahun 1929. Mengamati langit dengan teropong bintang, Edwin Hubble, ahli astronomi Amerika, menemu-kan bahwa bintang-bintang dan galaksi-galaksi secara konstan saling menjauhi. Alam semesta, ketika segalanya bergerak saling menjauhi berarti ia secara konstan meluas. Pengamatan yang dilakukan pada tahun berikutnya memastikan bahwa alam semesta secara konstan ber-kembang. Fakta ini telah dijelaskan di dalam Al Quran ketika hal itu belum diketahui siapa pun. Ini karena Al Quran adalah firman Allah, Yang Maha Pencipta, dan Maha Penguasa seluruh alam semesta.

Orbit
            Ketika merujuk pada matahari dan bulan dalam Al Quran, ditekankan bahwa masing-masing bergerak dalam orbitnya sendiri.
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar pada garis edarnya.” (QS. Al Anbiyaa', 21: 33)
Disebutkan dalam ayat lain pula bahwa matahari tidak statis tetapi bergerak dalam orbit tertentu: 
“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yaasin, 36: 38) !
            Fakta-fakta yang telah disampaikan Al Quran ini ditemukan dengan pengamatan perbintangan di masa kini. Menurut perhitungan ahli astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan sangat tinggi yaitu 720.000 kilometer/jam ke arah bintang Vega dalam orbit tertentu yang disebut Solar Apex. Hal ini berarti bahwa matahari bergerak kira-kira 17.280.000 kilometer/hari. Bersama matahari, semua planet dan satelit di dalam sistem gravitasi matahari juga menempuh jarak yang sama. Lebih jauh, semua bintang di alam semesta berada dalam gerakan terencana yang sama.
Bahwa seluruh alam semesta dipenuhi jalur dan orbit seperti ini, ditulis dalam Al Quran sebagai berikut: 
            “Demi langit yang mempunyai jalan-jalan.” (QS. Adz-Dzaariyaat, 51: 7) !
         Ada sekitar 200 miliar galaksi di alam semesta yang terdiri dari hampir 200 miliar bintang pada setiap galaksi. Sebagian besar bintang mempunyai planet, dan sebagian besar planet mempunyai satelit. Semua benda luar angkasa ini bergerak dalam orbit yang diperhitungkan dengan tepat. Selama berjuta-juta tahun, setiap benda langit ini "beredar" pada orbitnya sendiri dalam keselarasan dan keteraturan sempurna dengan lainnya. Selain itu, komet juga bergerak bersama di orbit-orbit yang ditentukan  bagi mereka.

        Orbit di alam semesta tidak hanya dimiliki oleh benda angkasa. Galaksi juga berjalan dengan kecepatan luar biasa pada orbit yang terencana dan diperhitungkan. Selama pergerakan ini, tidak satu pun benda angkasa memotong jalur sesamanya, atau saling bertabrakan. 

            Tentu saja pada waktu Al Quran diturunkan, umat ma-nusia tidak mempunyai teropong bintang masa kini atau teknologi pengamatan yang maju untuk mengamati jutaan kilometer ruang angkasa, juga tidak mempunyai penge-tahuan fisika atau astronomi modern. Karenanya, pada waktu itu, tidak mungkin menentukan secara ilmiah bahwa ruang angkasa “mempunyai jalan-jalan” seperti yang dinya-takan dalam ayat Al Quran. Tetapi, ini dinyatakan secara terbuka kepada kita dalam Al Quran yang diturunkan pada waktu itu: karena Al Quran adalah firman Allah.  
           
Atap yang Terpelihara
Di dalam Al Quran, Allah mengarahkan perhatian kita pada sifat langit yang  sangat menarik: 
“Dan Kami jadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-  tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya.” (QS. Al Anbiya, 21: 32) !
Sifat langit ini telah dibuktikan dengan riset ilmiah yang dilakukan pada abad ke-20. Atmosfer yang menyelimuti bumi mempunyai fungsi penting demi kesinambungan kehidupan. Seraya meng-hancurkan banyak meteor besar dan kecil yang mendekati bumi, atmosfer mencegah mereka jatuh ke bumi dan membahayakan makhluk hidup. 

          Selain itu, atmosfer menyaring cahaya dari luar angkasa yang berbahaya bagi makhluk hidup. Uniknya, atmosfer membiarkan menerobos  cahaya yang bermanfaat dan tidak berbahaya, seperti sinar tampak, sinar ultraviolet-dekat, dan gelombang radio. Semua radiasi ini sangat penting bagi kehidupan. Sinar ultraviolet-dekat, yang hanya sebagian kecil dibiarkan masuk oleh atmosfer, sangat penting untuk fotosintesis tumbuhan dan untuk pertahanan hidup semua makhluk. Mayoritas sinar ultraviolet yang kuat dari matahari disaring oleh lapisan ozon atmosfer dan hanya bagian terbatas dan penting dari spektrum ultraviolet yang mencapai bumi. 

            Fungsi melindungi atmosfer tidak berakhir di sini. Atmosfer juga melindungi bumi dari dingin luar angkasa yang membekukan, yaitu sekitar minus 270 derajat Celcius. Tidak hanya atmosfer yang melindungi bumi dari efek berbahaya. Selain atmosfer, Sabuk Van Allen - lapisan yang ditimbulkan medan magnet bumi - juga bertindak sebagai perisai terhadap radiasi berbahaya yang mengancam planet kita. Radiasi ini, yang secara konstan dipancarkan matahari dan bintang lain, sangat mematikan bagi makhluk hidup. Jika Sabuk Van Allen tidak ada, semburan matahari — ledakan energi sangat dahsyat yang sering terjadi pada matahari — akan menghancurkan semua kehidupan di atas bumi. 

            Energi yang dipancarkan dari satu semburan yang terdeteksi baru-baru ini telah dihitung yaitu setara dengan 100 miliar kali bom atom yang pernah dijatuhkan di Hiroshima. Lima puluh delapan jam setelah ledakan, diamati bahwa jarum magnet pada kompas menunjukkan pergerakan yang tidak biasa, dan 250 kilometer di atas atmosfer bumi, temperatur tiba-tiba meningkat hingga 2.500 derajat Celsius. 

        Singkatnya, sebuah sistem sempurna bekerja di atas bumi. Ia menyelimuti dunia kita dan melindunginya dari ancaman luar. Ilmuwan baru mempelajari tentang hal itu baru-baru ini. Tetapi, berabad-abad lalu Allah memberi tahu kita dalam Al Quran tentang atmosfer bumi yang berfungsi sebagai perisai.

Langit yang Mengembalikan
            Ayat ke-11 Surat Ath Thaariq dalam Al Quran mengacu pada fungsi “mengembalikan” yang dimiliki langit:
“Demi langit dengan sistem siklusnya.” (QS. Ath-Thaariq, 86: 11) 
     “Sistem siklus” dalam terjemahan Al Quran, juga berarti “mengirimkan kembali” atau “mengembalikan”. Sebagaimana diketahui, atmosfer yang melapisi bumi terdiri dari banyak lapisan. Masing-masing lapisan mempunyai fungsi penting demi kelangsungan hidup. Riset telah mengungkapkan bahwa lapisan-lapisan ini mempunyai fungsi mengembalikan material atau sinar yang mengenainya ke ruang angkasa atau kembali ke bumi. Sekarang, mari kita kaji dengan beberapa contoh fungsi “pengembalian” dari lapisan yang melingkari bumi. 

  • Troposfer, 13-15 kilometer di atas bumi, memungkinkan uap air naik dari permukaan bumi untuk dikondensasikan dan dikembalikan ke bumi sebagai hujan. Lapisan Ozon, pada ketinggian 25 kilometer, mengembalikan sinar kosmis dan sinar ultraviolet yang berbahaya ke angkasa.
  • Ionosfer memantulkan siaran gelombang radio dari bumi kembali ke pelbagai tempat lain di bumi, menyerupai satelit komunikasi pasif, dan dengan demikian memungkinkan komunikasi tanpa kabel, siaran radio dan televisi jarak jauh.
  • Lapisan magnetosfer memantulkan partikel radioaktif berbahaya yang dipancarkan matahari dan bintang lain kembali ruang angkasa sebelum menjangkau bumi.
Fakta bahwa sifat lapisan atmosfer yang baru diketahui belum lama ini telah diumumkan berabad-abad lalu dalam Al Quran, sekali lagi menunjukkan bahwa Al Quran adalah firman Allah. 
             
Lapisan Atmosfer 
            Satu fakta tentang alam semesta yang diungkap dalam ayat-ayat Al Quran adalah bahwa langit terdiri dari tujuh lapisan: 
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Baqarah, 2: 29) !
“Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia me-wahyukan pada tiap-tiap langit urusannya.“ (QS. Fushshilat, 41: 12)
            Kata “langit” yang muncul dalam banyak ayat Al Quran digunakan untuk merujuk langit di atas bumi, di samping pula keseluruhan alam semesta. Mengingat arti kata ini, terlihat bahwa langit bumi, atau atmosfer, terdiri dari tujuh lapisan. 
 
            Memang, saat ini diketahui bahwa atmosfer bumi terdiri dari lapisan-lapisan yang berbeda yang letaknya saling bertumpukan. Lebih jauh, langit terdiri dari tujuh lapisan sebagaimana yang digambarkan Al Quran. Dalam sebuah sumber ilmiah, hal ini diuraikan sebagai berikut:
Ilmuwan telah menemukan bahwa atmosfer terdiri dari beberapa lapisan... Setiap lapisan memiliki sifat fisik berbeda seperti tekanan dan jenis gas... Lapisan atmosfer terdekat dengan bumi disebut TROPOSFER yang mengandung sekitar 90% massa total atmosfer... Lapisan di atas troposfer disebut STRATOSFER.... LAPISAN OZON adalah bagian dari stratosfer yang menjadi tempat penyerapan  sinar ultraungu. Lapisan di atas stratosfer disebut MESOSFER... TERMOSFER berada di atas mesosfer... Gas terionisasi yang membentuk lapisan di dalam termosfer disebut IONOSFER... Bagian terluar atmosfer bumi dimulai dari ketinggian sekitar 480 km hingga 960 km. Bagian ini disebut EKSOSFER

            Jika kita menghitung jumlah lapisan yang disebutkan sumber ini, kita lihat bahwa atmosfer terdiri tepat tujuh lapisan, sebagaimana dinyatakan dalam ayat di atas:
            1.         Troposfer
            2.         Stratosfer
            3.         Ozonosfer
            4.         Mesosfer
            5.         Termosfer
            6.         Ionosfer
            7.         Eksosfer

            Keajaiban penting lainnya dalam hal ini disebutkan dalam pernyataan “…dan Dia mewahyukan tiap-tiap langit urusannya”, pada ayat ke-12 Surat Fushilat. Dengan kata lain, dalam ayat tersebut, Allah menyatakan bahwa Dia memberi setiap lapisan tugas sendiri-sendiri. Sesunguhnya, seperti yang dapat dilihat pada bagian sebelumnya, setiap lapisan ini mempunyai tugas-tugas vital demi keuntungan umat manusia dan semua makhluk hidup lainnya di bumi. Setiap lapisan mempunyai fungsi tertentu, dari membentuk hujan hingga mencegah sinar berbahaya, dari memantul-kan gelombang radio hingga menolak efek berbahaya meteor. 

            Merupakan keajaiban besar bahwa fakta-fakta di atas telah dipapar-kan dalam Al Quran 1400 tahun lalu, padahal saat itu tanpa teknologi abad ke-20 mustahil manusia mengetahuinya.


Fungsi Gunung
            Al Quran mengarahkan perhatian kita pada fungsi geologis yang penting dari gunung.
“Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi ini tidak goncang bersama mereka...” (QS. Al Anbiyaa', 21: 31) ! 
            Sebagaimana kita lihat, dinyatakan dalam ayat tersebut bahwa gunung-gunung berfungsi mencegah goncangan di permukaan bumi. Fakta ini tidak diketahui siapa pun ketika Al Quran diturunkan. Bahkan, fakta ini baru terungkap sebagai hasil penemuan geologi modern. 

            Menurut penemuan ini, gunung-gunung muncul sebagai hasil pergerakan dan tumbukan dari lempengan-lempengan raksasa yang membentuk kerak bumi. Ketika dua lempengan bertumbukan, lempengan yang lebih kuat menyelip di bawah lempengan yang satunya, sementara yang di atas melipat dan membentuk dataran tinggi dan gunung. Lapisan bawah bergerak di bawah permukaan dan membentuk perpanjangan yang dalam ke bawah. Ini berarti gunung mempunyai bagian yang menghujam jauh ke bawah yang tak kalah besarnya dengan yang tampak di permukaan bumi.

            Dengan kata lain, gunung-gunung mencengkeram lempengan-lempengan kerak bumi dengan memanjang ke atas dan ke bawah permukaan bumi pada titik-titik pertemuan lempengan-lempengan ini. Dengan cara ini, mereka memancangkan kerak bumi dan mencegahnya dari terombang-ambing di atas lapisan magma atau di antara lempengan-lempengannya. Singkatnya, kita dapat mengumpamakan gunung dengan paku yang menyatukan bilah-bilah papan. 
 Dalam sebuah ayat, peran gunung ini ditunjukkan dengan perumpa-maan sebagai “pasak”: 
“Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? Dan  gunung-gunung sebagai pasak?” (QS. An-Naba', 78: 6-7) 
            Fungsi pemancangan dari gunung dijelaskan dalam literatur ilmiah dengan istilah "isostasi". Isostasi adalah "Kesetimbangan dalam kerak bumi yang terjaga oleh aliran materi beba-tuan di bawah permukaan akibat tekanan gravitasi"

            Peran penting gunung yang ditemukan oleh ilmu geologi modern dan penelitian gempa, telah dinyatakan dalam Al Quran berabad-abad lampau sebagai suatu bukti hikmah mahaagung dalam ciptaan Allah. Dalam ayat lain dikatakan pula:
“... dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu...” (QS. Luqman, 31: 10)

Identitas pada Sidik Jari
            Ketika dikatakan dalam Al Quran bahwa mudah bagi Allah untuk menghidupkan manusia setelah kematiannya, sidik jari manusia secara khusus ditekankan:
“Bukankah demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun ujung-ujung jarinya dengan sempurna.” (QS. Al Qiyaamah, 75: 4)
            Penekanan pada sidik jari memiliki makna sangat khusus, karena sidik jari setiap orang unik bagi dirinya sendiri. Setiap orang yang hidup atau pernah hidup di dunia ini memiliki serangkaian sidik jari yang unik. Itulah sebabnya sidik jari diterima sebagai bukti identitas yang sangat penting bagi pemiliknya dan digunakan untuk tujuan ini di seluruh penjuru dunia. 

            Namun, yang penting adalah bahwa keunikan sidik jari ini baru ditemukan di akhir abad ke-19. Sebelumnya, orang menganggap sidik jari sebagai lengkungan-lengkungan biasa tanpa makna khusus. Tetapi dalam Al Quran, Allah menunjuk sidik jari, yang sedikit pun tidak menarik perhatian orang waktu itu, dan mengarahkan perhatian kita pada arti penting sidik jari, yang baru mampu dipahami di masa kini.

Pergerakan Gunung
            Dalam sebuah ayat, kita diberitahu bahwa gunung-gunung tidaklah diam sebagaimana kelihatannya, tetapi mereka terus-menerus bergerak.
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap ditempatnya, padahal ia berjalan sebagaimana jalannya awan.” (QS. An-Naml, 27: 88)
            Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seakan terbawa hanyut di atas lapisan mantel yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi.

            Para ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, lima puluh tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu, seluruh tanah daratan yang ada di permukaan bumi adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan. 

            Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua yang setiap bagiannya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil. 

            Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi. Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut:
Kerak dan bagian terluar mantel, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada per-mukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantik menjadi sedikit lebih lebar.55 

            Ada hal yang sangat penting yang perlu dikemukakan di sini. Dalam ayat tersebut di muka, Allah telah menyebutkan gerakan gunung sebagai-mana jalannya awan yang bergeser. (Ilmuwan modern juga menggunakan istilah “continental drift” atau “geseran benua” untuk gerakan ini.)  Tidak diragukan lagi, ini merupakan salah satu kejaiban Al Quran bahwa fakta ilmiah ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh ilmuwan, telah dinyatakan dalam Al Quran.

Keajaiban pada Besi
             
          Besi adalah salah satu unsur yang dinyatakan secara jelas dalam Al Quran. Dalam Surat Al Hadiid, yang berarti “besi”, kita diberitahu bahwa:
“...Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang   hebat dan berbagai manfaat bagi manusia...” (QS. Al Hadiid, 57: 25)
            Kata “anzalnaa” atau berarti “kami turunkan” yang khusus diguna-kan untuk besi dalam ayat ini, dapat dianggap memiliki arti kiasan untuk menjelaskan bahwa besi diciptakan untuk memberi manfaat bagi manusia. Tetapi jika kita mempertimbangkan makna harfiah kata ini, yakni “secara fisik diturunkan dari langit”, kita akan menyadari bahwa ayat ini menyatakan keajaiban ilmiah yang sangat penting. Ini karena penemuan astronomi modern telah mengungkap bahwa logam besi yang ditemukan di bumi kita berasal dari bintang-bintang raksasa di angkasa luar.

            Logam berat di alam semesta dibuat dan dihasilkan di dalam inti bintang-bintang raksasa. Tetapi sistem tata surya kita tidak memiliki struktur yang cocok untuk menghasil-kan besi secara mandiri. Besi hanya dapat dibuat dan dihasilkan di dalam bintang-bintang yang jauh lebih besar dari matahari, yang suhunya mencapai beberapa ratus juta derajat. Ketika jumlah besi telah melampaui batas tertentu dalam sebuah bintang, bintang tersebut tidak mampu lagi menanggungnya, dan akhirnya meledak melalui peristiwa yang disebut “nova” atau “supernova”. Akibat ledakan ini, meteor-meteor yang mengandung besi bertaburan di seluruh penjuru alam semesta dan mereka bergerak melalui ruang hampa sampai ditarik gaya gravitasi benda angkasa.

            Semua ini menunjukkan bahwa logam besi tidak terbentuk di bumi tetapi kiriman dari bintang-bintang yang meledak di ruang angkasa melalui meteor-meteor dan “diturunkan ke bumi”, persis seperti dinyatakan dalam ayat tersebut. Jelas bahwa fakta ini tidak dapat diketahui secara ilmiah pada abad ke-7 ketika Al Quran diturunkan.
                       
Angin yang Mengawinkan
            Dalam sebuah ayat Al Quran disebutkan sifat angin yang menyuburkan dan pembentukan hujan sebagai hasilnya.
“Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawin-kan dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu.” (QS. Al Hijr, 15: 22)
            Dalam ayat ini ditekankan bahwa fase pertama dalam pembentukan hujan adalah angin. Hingga awal abad ke-20, satu-satunya hubungan antara angin dan hujan yang dike-tahui hanyalah bahwa angin yang menggerakkan awan. Namun, penemuan ilmu meteorologi modern telah menun-jukkan peran “mengawinkan” dari angin dalam pemben-tukan hujan. Fungsi mengawinkan dari angin ini terjadi dengan cara berikut:
Di atas permukaan laut dan samudera, gelembung uda-ra yang tak terhitung jumlahnya terbentuk akibat pemben-tukan buih. Pada saat gelembung-gelembung ini pecah, ribu-an partikel kecil dengan diameter seperseratus milimeter, terlempar ke udara. Partikel-partikel ini, yang dikenal seba-gai aerosol, bercampur dengan debu daratan yang terbawa oleh angin dan selanjutnya terbawa ke lapisan atas atmosfer. Partikel-partikel ini dibawa naik lebih tinggi oleh angin dan bertemu dengan uap air di sana. Uap air mengembun di seki-tar partikel-partikel ini dan berubah menjadi butiran-butiran air. Butiran-butiran air ini mula-mula berkumpul mem-bentuk awan, kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk hujan.
            Sebagaimana kita lihat, angin “mengawinkan” uap air yang melayang di udara dengan partikel-partikel yang dibawanya dari laut dan akhirnya membantu pembentukan awan hujan. Apabila angin tidak memiliki sifat ini, butiran-butiran air di atmosfer bagian atas tidak akan pernah terbentuk dan hujan pun tidak akan pernah terjadi. Hal terpenting di sini adalah bahwa peran utama dari angin dalam pembentukan hujan telah dinyatakan berabad-abad yang lalu dalam sebuah ayat Al Quran, pada saat orang hanya mengetahui sedikit saja fenomena alam.


Kadar Hujan
            Fakta lain yang diberikan dalam Al Quran mengenai hujan adalah bahwa hujan diturunkan ke bumi dalam kadar tertentu. Hal ini disebutkan dalam Surat Az Zukhruf sebagai berikut:
“Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan         (dari dalam kubur).” (QS. Az-Zukhruf, 43:11)
            Kuantitas hujan yang sudah ditentukan ini telah dite-mukan pula melalui penelitian modern. Diperkirakan dalam satu detik, sekitar 16 juta ton air menguap dari bumi. Angka ini menghasilkan 513 triliun ton air per tahun. Angka ini ternyata sama dengan jumlah hujan yang jatuh ke bumi dalam satu tahun. Ini berarti air senantiasa berputar dalam suatu siklus yang seimbang menurut “ukuran atau kadar” tertentu. Kehidupan di bumi bergantung pada siklus air ini. Bahkan, sekalipun manusia menggunakan semua teknologi yang ada di dunia ini, mereka tidak akan mampu membuat siklus seperti ini.
Bahkan, satu penyimpangan kecil saja dari jumlah ini akan segera mengakibatkan ketidakseimbangan ekologi yang mampu mengakhiri kehidupan di bumi. Namun, hal ini tidak pernah terjadi dan hujan senantiasa turun setiap tahun dalam jumlah yang benar-benar sama seperti dinyata-kan dalam Al Quran.


Laut-Laut Tidak Saling Bercampur
Salah satu sifat lautan yang baru-baru ini ditemukan berkaitan dengan ayat Al Quran:
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.” (QS. Ar Rahmaan, 55: 19-20)
            Sifat lautan yang saling bertemu, tetapi tidak saling bercampur ini telah ditemukan oleh para ahli kelautan baru-baru ini. Disebabkan gaya fisika yang disebut “tegangan permukaan”, air dari laut-laut yang saling bersebelahan tidak menyatu. Akibat adanya perbedaan masa jenis, tegangan permukaan mencegah lautan bercampur satu sama lain, seolah terdapat dinding tipis yang memisahkan mereka.
Sisi menarik dari hal ini adalah bahwa pada masa ketika manusia tidak memiliki pengetahuan apa pun mengenai fisika, tegangan permukaan, maupun ilmu kelautan, hal ini telah diungkap dalam Al-Quran. 

Sumber : Buku Al Qur'an dan Sains, karya Harun Yahya

3 komentar