Pesawat Rancangan Regio Prop 80 (R80) dari Prof. BJ Habibi. (sumber : republika.co.id) |
"Semoga pertengahan tahun depan telah tuntas semua (desainnya) sebagai akibatnya pertengahan tahun depan kami sudah mulai membuat prototype (purwarupa). Masih lama dari segi desain," ujar ilham pada Jakarta, Rabu (29/7).
Beliau menuturkan, saat ini pihaknya masih dalam tahap pembuatan desain awal R80, yakni dalam proses pemilihan komponen primer misalnya mesin & sistem pengendalian pesawat. Pesawat R80 sebelumnya ditargetkan mulai terbang dalam 2019, namun karena masalah teknis, wangsit memperkirakan pesawat tadi baru siap diterbangkan pada 2021.
Buat waktu ini, celoteh beliau, terdapat 3 perusahaan penerbangan yang memesan pesawat itu mencapai total 145 unit, yakni dari Kalstar Indonesia, Nam Air & Trigana Air.
Sementara itu, buat mesin pesawat, beliau berkata PT RAI akan menggunakaan mesin dari diantara 3 perusahaan pembuat mesin pesawat yang dipilih, yakni Rolls Royce asal Inggris, Pratt and Whitney berasal Amerika serikat dan General Electric asal Amerika serikat.
Pesawat R80, dari dia, memiliki beberapa keunggulan dibandingkan pesawat lain, antara lain lebih besar & irit dalam penggunaan bahan bakar.
"saya lihat biaya pengoperasian pesawat 30-50 persennya terkait bahan bakar, jadi mesin sangat memilih. Kemajuan lain pesawat ini dapat jua pada aerodinamika, kenyamanan kabin, material lebih maju, akan tetapi yang paling penting lebih irit 10-15 % dibanding pesawat ATR," ujarnya.
Dengan keunggulan tadi, inspirasi berkata belum menentukan harga sempurna buat R80 sebab belum memilih mesin & komponen-komponen yang akan dipakai. Namun, dia memperkirakan akan dibanderol sebanyak 22 hingga 25 juta dolar AS per unit.
R80 merupakan suksesor dari pesawat N250 buatan IPTN yang kini diklaim PT Dirgantara Indonesia. Sementara PT RAI yang mengembangkan R80, ialah perusahaan pembuat pesawat terbang komersil milik BJ Habibie.
0 komentar