Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Baqarah 88 , 89 , 90 , 91 , 92


وَقَالُواْ قُلُوبُنَا غُلْفٌ بَل لَّعَنَهُمُ اللَّه بِكُفْرِهِمْ فَقَلِيلاً مَّا يُؤْمِنُونَ
Dan mereka berkata: “Hati kami tertutup”. Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman. (QS. 2:88)
Mengenai firman Allah Ta’ala, Î وَقَـالُوا قُلُـوبُنَا غُلْـفٌ Ï dari Ibnu Abbas, Muhammad bin Ishak mengatakan, “Artinya berada di tempat tertutup.”
Masih mengenai ayat yang sama, dari Ibnu Abbas, Ali bin Abi Thalhah mengatakan, “Artinya hati mereka itu tidak dapat memahami”.
Î بَل لَّعَنَهُمُ اللَّهُ بِكُفْرِهِمْ Ï “Namun sebenarnya Allah melaknat mereka karena kekafiran mereka.”Artinya, Allah Ta’ala mengusir dan menjauhkan mereka dari segala macam kebaikan. Î فَقَلِيلاً مَّا يُؤْمِنُونَ Ï “Maka sedikit sekali di antara mereka yang beriman.” Qatadah mengatakan, “Artinya, tidak ada dari mereka yang beriman kecuali sedikit sekali.”
Para mufassir masih berbeda pendapat mengenai firman Allah Ta’ala, Î فَقَلِيـلاً مَّايُؤْمِنُونَ Ï dan firman-Nya, Î فَلاَ يُؤْمِنُونَ إِلاَّ قَلِيـلاً Ï. Sebagian dari mereka ada yang mengatakan, “Hanya sedikit sekali dari mereka yang beriman.” Tetapi ada juga yang mengartikan, sangat sedikit sekali iman mereka, dengan pengertian, mereka beriman kepada apa yang dibawa oleh Nabi Musa‘alaihissalaam berkenaan dengan hari kebangkitan, pahala, dan adzab, tetapi keimanan mereka itu tidak memberikan manfaat kepada mereka, karena keimanannya itu telah tertutup oleh kekufuran mereka terhadap apa yang dibawa Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam.Wallahu a’lam.
وَلَمَّا جَاءهُمْ كِتَابٌ مِّنْ عِندِ اللّهِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَهُمْ وَكَانُواْ مِن قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُواْ فَلَمَّا جَاءهُم مَّا عَرَفُواْ كَفَرُواْ بِهِ فَلَعْنَةُ اللَّه عَلَى الْكَافِرِينَ
Dan setelah datang kepada mereka al-Qur’an dari Allah yang membenar-kan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, lalu mereka ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu. (QS. 2:89)
Allah Ta’ala berfirman, Î وَلَمَّا جَاءَ هُمْ Ï “Dan setelah datang kepada mereka,” yaitu kaum Yahudi, Î كِتَابٌ مِّنْ عِندِ اللَّهِ Ï “Kitab dari sisi Allah,” yaitu al-Qur’an yang diturunkan kepada MuhammadShalallahu ‘alaihi wa sallam. Î مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَهُمْ Ï “Yang membenarkan apa yang ada pada mereka,” yaitu kitab Taurat.
Dan firman-Nya, Î وَكَـانُوا مِن قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَـى الَّذِيـنَ كَفَرُوا Ï “Padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir.” Artinya, sebelum Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam datang dengan membawa kitab ini (al-Qur’an), mereka senantiasa mengharap kedatangannya guna mengalahkan musuh-musuh mereka dari kalangan orang-orang musyrik. Ketika orang-orang musyrik itu menyerang mereka, mereka berkata, “Pada akhir zaman kelak akan diutus seorang nabi. Bersamanya kami akan memerangi kalian seperti serangan terhadap kaum ‘Aad dan Iram.”
Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muhammad bin Ishak dari Qatadah al-Anshari dari beberapa syaikh, katanya kisah ini tentang kami dan juga tentang mereka, yaitu tentang kaum Anshar dan kaum Yahudi yang merupakan tetangga terdekat mereka dengan kisah ini diturunkan. Yaitu:
Ïوَلَمَّا جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِّنْ عِندِ اللَّهِ مُصَدِّقُُلِّمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا مِن قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَمَّا جَآءَهُم مَّاعَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ Î
“Dan setelah datang kepada mereka al-Qur’an dari sisi Allah yang membenar-kan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir. Maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui. Lalu mereka ingkar kepadanya.” Mereka berkata, kami dulu pernah mengalahkan mereka pada zaman Jahiliyah, ketika itu kami masih sebagai orang musyrik, sedang mereka sebagai Ahlul Kitab dan mereka mengatakan, “Sekarang ada seorang nabi yang akan diutus, dan kami akan mengikutinya, lalu bersamanya kami akan memerangi kalian sebagaimana halnya serangan terhadap kaum ‘Aad dan Iram.” Dan ketika Allah Ta’alamengutus Rasul-Nya dari kalangan kaum Quraisy, dan kami mengikutinya, namun mereka (orang-orang Yahudi) pun meng-ingkarinya. Allah Ta’ala berfirman: Î فَلَمَّا جَآءَهُم مَّاعَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ Ï “Maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, lalu mereka ingkar kepadanya, maka laknat Allah atas orang-orang kafir.”
بِئْسَمَا اشْتَرَوْاْ بِهِ أَنفُسَهُمْ أَن يَكْفُرُواْ بِمَا أنَزَلَ اللّهُ بَغْياً أَن يُنَزِّلُ اللّهُ مِن فَضْلِهِ عَلَى مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ فَبَآؤُواْ بِغَضَبٍ عَلَى غَضَبٍ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ مُّهِينٌ
Alangkah buruknya (hasil perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada apa yang telah diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Karena itu mereka mendapat murka sesudah (mendapat) kemurkaan. Dan untuk orang-orang yang kafir siksaan yang menghinakan. (QS. 2:90)
Mengenai firman-Nya, Î بِئْسَـمَا اشْتَرَوْا بِهِ أَنفُسَـهُمْ Ï “Alangkah buruknya (hasil perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri,” Mujahid mengatakan, “Orang-orang Yahudi menjual kebenaran dengan kebatilan serta menyembunyikan apa yang dibawa Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan enggan untuk menjelaskannya.”
Masih berhubungan dengan firman Allah ini, Î بِئْسَمَا اشْتَرَوْابِـهِ أَنْفُسَهُمْ Ï “Alangkah buruknya (hasil perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri,” as-Suddi mengatakan, “Mereka menjual diri mereka dengannya. Alangkah buruknya pertukaran mereka untuk diri mereka sendiri dan mereka ridha dengan pertukaran itu dan mereka condong untuk mengingkari terhadap apa yang diturunkan Allah Ta’ala kepada Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, daripada membenarkan, mendukung, dan membantunya. Yang menjadikan mereka berbuat demikian itu adalah kedurhakaan, kedengkian, kebencian karena,
Î أَن يُنَزِّلَ اللهُ مِن فَضْلِـهِ عَلَـى مَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِ Ï “Allah menurunkan karunia-Nya ke-pada siapa saja yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya.” Dan tidak ada kedengkian yang lebih parah daripada kedengkian mereka ini.
Firman-Nya: Î فَبَـآءُو بِغَضَبٍ عَلَـى غَضَبٍ Ï “Karena itu mereka mendapat murka sesudah (mendapat) kemurkaan.” Mengenai kemurkaan di atas kemurkaan ini, Ibnu Abbas mengatakan, “Allah murka kepada mereka lantaran mereka telah menyia-nyiakan Taurat yang ada di tangan mereka. Dan juga murka kepada mereka karena kekufuran mereka kepada seorang Nabi (Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam) yang diutus kepada mereka.”
Penulis katakan, ( بَآؤُا ) berarti mereka mengharuskan, berhak, dan mesti mendapat kemurkaan di atas kemurkaan.
Abu al-Aliyah mengemukakan, “Allah Shalallahu ‘alaihi wa sallam murka kepada mereka disebabkan karena kekufuran mereka terhadap Injil dan Isa ‘alaihissalam, Kemudian Dia murka kepada mereka karena kekufuran mereka terhadap Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan al-Qur’an.”
As-Suddi menuturkan, “Kemurkaan pertama adalah ketika mereka mendapatkan murka dari Allah karena tindakan mereka menyembah anak lembu. Sedangkan kemurkaan kedua adalah karena kufur kepada Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam.”
Dan firman-Nya, Î وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابُُ مُّهِينُُ Ï “Dan bagi orang-orang kafir itu adzab yang hina.” Ketika kekufuran mereka itu disebabkan oleh kedurhakaan dan kedengkian, yang timbul akibat sikap sombong, maka mereka pun dibalas dengan kehinaan dan kekerdilan di dunia dan di akhirat. Sebagaimana firman Allah: Î إِنَّ الَّذِيـنَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِـي سَيَدْخُلُونَ جَـهَنَّمَ دَاخِرِيـنَ Ï “Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS. Al-Mukmin: 60) Maksudnya mereka akan masuk neraka dalam keadaan terhina, tercela, dan tidak terhormat sama sekali.
Imam Ahmad meriwayatkan, dari Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, dari NabiShalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
يُحْشَرُ الْمٌتَكَبِّرُوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَمْثَالَ الذَّرِّ فِى صُوَرِ النَّاسِ، يَعْلُوْهُمْ كُلُّ شَيْئٍ مَنَ الصِّغَارِ، حَتَّى يَدْخُلُوْا سِجْنًا فِيَ جَهَنَّمَ يُقَالُ لَهُ بُوْلَسَ، تَعْلُوْهُمْ نَارُ اْلأَنْيَارِ، يُسْقَوْنَ مِنْ طِيْنَةِ اْلخَبَالِ عُصَـارَةِ أَهْلِ النَّارِ.
“Pada hari kiamat kelak, orang-orang sombong akan digiring seperti semut kecil dalam bentuk manusia yang diungguli segala sesuatu yang kecil sehingga mereka masuk ke penjara di neraka Jahanam yang disebut Bulas dan di atasnya diliputi api dari segala macam api. Mereka diberi minum dengan (thinatul khabal) cairan (nanah) penghuni neraka.” (HR. Ahmad).
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُواْ بِمَا أَنزَلَ اللّهُ قَالُواْ نُؤْمِنُ بِمَا أُنزِلَ عَلَيْنَا وَيَكْفُرونَ بِمَا وَرَاءهُ وَهُوَ الْحَقُّ مُصَدِّقاً لِّمَا مَعَهُمْ قُلْ فَلِمَ تَقْتُلُونَ أَنبِيَاءَ اللّهِ مِن قَبْلُ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ , وَلَقَدْ جَاءكُم مُّوسَى بِالْبَيِّنَاتِ ثُمَّ اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ مِن بَعْدِهِ وَأَنتُمْ ظَالِمُونَ
Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kepada al-Qur’an yang diturunkan Allah”. Mereka berkata: “Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami”. Dan mereka kafir kepada al-Qur’an yang diturun-kan sesudahnya, sedang al-Qur’an itu (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah: “Mengapa dahulu kamu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman”. (QS. 2:91) Sesungguhnya Musa telah datang kepadamu membawa bukti-bukti kebenaran (mukjizat), kemudian kamu jadikan anak sapi (sebagai sembahan) sesudah (kepergian)nya, dan sebenarnya kamu adalah orang-orang yang zhalim. (QS. 2:92)
Firman Allah Ta’ala, Î وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ Ï “Dan apabila dikatakan kepada mereka,” yaitu orang-orang Yahudi dan sebangsanya dari kalangan Ahlul Kitab.
Î ءَ امِنُـوا بِمَآ أَنـزَلَ اللَّهُ Ï “Berimanlah kepada al-Qur’an yang diturunkan Allah,” kepada MuhammadShalallahu ‘alaihi wa sallam, benarkan dan ikutilah ia. Maka,
Î قَالُوا نُؤْمِنُ بِمَآ أُنزِلَ عَلَيْنَا Ï “Mereka berkata, kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami.” Artinya, cukup bagi kami mengimani kitab Taurat dan Injil yang telah diturunkan kepada kami. Kami tidak akan pernah meng-akui kecuali kedua kitab itu saja.
Î وَ يَكْفُرُونَ بِمَا وَرَآءَهُÏ “Dan mereka kafir kepada al-Qur’an yang diturunkan sesudahnya.” Î وَهُـوَ الْحَـقُّ مُصَدِّقَ لِّمَا مَعَهُـمْ Ï “Padahal al-Qur’an itu adalah (Kitab) yang hak, yang membenarkan apa yang ada pada mereka”. Maksudnya, padahal mereka tahu bahwa apa yang diturunkan kepada Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah Î الْـحَقُّ مُصَدِّ لِّمَا مَعَهُمْ Ï “Yang hak yang membenarkan apa yang ada pada mereka”. Artinya, al-Qur’an membenarkan kitab suci yang ada pada mereka, Taurat dan Injil, dengan demikian hujjah itu tegak di atas mereka, sebagai-mana firman Allah Ta’ala: Î الَّذِيـنَ ءَ اتَيْنَاهُمُ الْكِتَـابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَآءَهُمْ Ï “Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri al-Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri.” (QS. Al-Baqarah: 146)
Kemudian Allah berfirman, Î فَلِمَ تَقْتُلُـونَ أَنبِيَآءَ اللَّهِ مِن قَبْلُ إِن كُنتُمْ مُؤْمِنِيـنَ Ï “Lalu mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah, jika kamu mengaku benar-benar orang yang beriman?” Artinya, jika kalian mengaku benar-benar orang yang beriman kepada apa yang diturunkan kepada kalian, lalu mengapa kalian membunuh para nabi yang datang kepada kalian dengan membenarkan kitab Taurat yang ada pada kalian, berhukum pada isinya, dan tidak menghapusnya, sedang kalian mengetahui kebenaran mereka? Kalian membunuh mereka karena melampaui batas, keras kepala, dan sombong kepada para rasul Allah. Kalian ini tidak mengikuti kecuali hawa nafsu, pendapat, serta keinginan kalian sendiri.
Abu Ja’far bin Jarir mengatakan, (makna ayat ini) “Hai Muhammad, jika engkau katakan kepada orang-orang Yahudi dari kalangan Bani Israil, ‘Berimanlah kepada apa yang diturunkan Allah’, dan mereka menjawab, ‘Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami’, maka katakanlah kepada mereka, ‘Jika kalian benar-benar beriman, mengapa kalian membunuh para nabi, wahai orang-orang Yahudi, padahal di dalam kitab yang diturunkan kepada kalian; Allah telah mengharamkan kalian membunuh mereka, bahkan Dia memerintah kalian untuk mengikuti, mentaati, dan membenarkan mereka. Yang demikian itu merupakan pembeberan kebohongan dan celaan kepada mereka atas ucapan mereka, yaitu kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami saja.’”
Firman-Nya, Î وَلَقَدْ جَآءَكُم مُّوسَـىبِالْبَيِّنَاتِ Ï “Dan Musa telah datang kepadamu dengan membawa bukti-bukti kebenaran (mukjizat).” Yaitu bukti-bukti yang jelas dan dalil-dalil qath’i bahwa ia adalah Rasul Allah dan bahwa tiada Ilah yang hak selain Allah. Yang dimaksud dengan “الآيَاتُ الْبَيِّنَاتُ” “bukti-bukti yang jelas” adalah berupa angin badai, belalang, kutu, kodok,darah, tongkat, tangan, pembelahan laut, penaungan dengan awan, mannasalwa, batu, dan mukjizat lainnya yang mereka saksikan. Setelah itu kalian jadikan anak sapi sebagai sembahan selain Allah pada zaman hidupnya Musa.
Firman-Nya, Î مِن بَعْدِهِ Ï “Sesudah,” maksudnya sesudah kepergian Musa ke gunung Thursina untuk bermunajat kepada Allah Ta’ala. Î وَأَنتُمْ ظَالِمُونَ Ï “Sedang kamu berbuat zhalim”. Artinya, dengan tindakan kalian menyembah anak sapi itu, kalian telah berbuat zhalim, padahal kalian tahu bahwasanya tiada Ilah yang hak selain Allah. Sebagaimana firman-Nya:
Î وَلَمَّا سُقِطَ فِي أَيْدِيهِمْ وَرَأَوْا أَنَّهُمْ قَدْ ضَلُّوا قَالُوا لَئِن لَّمْ يَرْحَمْنَا رَبُّنَا وَيَغْفِرْ لَنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ Ï “Dan setelah mereka sangat menyesali perbuatannya dan mengetahui bahwa mereka telah sesat, mereka pun berkata, Sungguh jika Rabb kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami, pastilah kami menjadi orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raaf: 149).
Sumber: Diadaptasi dari Tafsir Ibnu Katsir, penyusun Dr. Abdullah bin Muhammad bin Ishak Ali As-Syeikh, penterjemah Ust. Farid Ahmad Okbah, MA, dkk. (Pustaka Imam As-Syafi’i)

0 komentar