Seorang warga Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun, Jawa Timur dicurigai (suspect) terjangkit virus ebola. Muk, 29, yang pernah menjadi tenaga kerja (TKI) di Liberia kini dirawat intensif di ruang isolasi WK B RSUD dr Soedono.
’’Saat ini statusnya masih suspect ebola, tapi positif malaria,’’ ungkap dr Sjaiful Anwar SpJP, Kabid Pelayanan Medik RSUD dr Soedono, Kamis (31/10).
Sjaiful menyatakan, pasien tersebut awalnya mengalami demam tinggi. Suhunya mencapai lebih dari 38 derajat Celsius. Setelah diperiksa di puskemas, dini hari kemarin Muk dirujuk ke RSUD dr Soedono, Madiun. ’’Karena suspect, kami menerapkan SOP (standard operating procedure, Red) perawatan ebola,’’ ujarnya.
SOP yang mengacu standar WHO itu, antara lain, perawat wajib mengenakan penutup kepala, kacamata pelindung, masker jenis N95, serta baju rangkap tiga (linen, gaun pelindung, dan gaun pelindung plastik sekali pakai). Selain itu, mereka harus memakai sarung tangan dan sepatu bot. ’’Pakaian terluar itu semua sekali pakai. Jadi, setelah dipakai, langsung buang,’’ imbuhnya.
Syaiful menuturkan, SOP tersebut diterapkan agar pasien tidak menularkan virus ke orang lain, terutama tenaga medis yang menanganinya. ’’Yang perlu diwaspadai juga, pasien mengaku sudah melakukan hubungan badan dengan pasangannya,’’ ungkap Syaiful sembari menyebut ebola bisa menular melalui cairan tubuh seperti air ludah, keringat, dan sperma.
Pasien yang terindikasi Ebola dirawat di Rumah Sakit Madiun |
Dia menjelaskan, pasien tersebut hanya mengalami demam tinggi, tidak mengalami sakit penyerta lazimnya penderita ebola seperti mual, muntah, pusing, diare, serta penurunan fungsi ginjal dan liver. Termasuk perdarahan organ dalam (internal bleeding). ’’Dicurigai ebola karena (Muk) bekerja di Afrika,’’ tuturnya kepada Jawa Pos Radar Madiun.
Syaiful menambahkan, Muk bekerja di Liberia, sebuah negara di pesisir barat Afrika, sejak delapan bulan lalu. Sebelum dipulangkan ke tanah air, pasien tersebut mengalami demam dan sempat dikarantina selama sepekan. ’’Yang bersangkutan bekerja di kawasan hutan,’’ ujarnya.
Sepulang ke Indonesia, lanjut dia, Muk juga sempat dikarantina di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, namun hanya sehari. Informasinya, pria itu pulang bersama 31 TKI lainnya dari berbagai daerah di Indonesia. Delapan di antaranya berasal dari Kecamatan Pilangkenceng, Mejayan, dan Saradan, Kabupaten Madiun. ’’Tapi, yang mengalami demam tinggi hanya pasien (Muk, Red),’’ ujarnya.
Sjaiful menyatakan, setidaknya pasien akan dirawat hingga dua minggu ke depan. Itu mengacu masa inkubasi virus yang mencapai 21 hari. Di sisi lain, dia menyayangkan pihak medis Bandara Soekarno-Hatta yang hanya mengarantina Muk selama sehari. ’’Minimal pasien harus dikarantina tiga minggu,’’ tuturnya.
Pihaknya sudah berkoordinasi dengan RSUD dr Soetomo, Surabaya, untuk melakukan tindak lanjut pemantauan kondisi pasien. Bukan tidak mungkin, pasien akan dirujuk ke rumah sakit tipe A tersebut jika tidak kunjung membaik. ’’Tapi, tadi (kemarin, Red) kondisi pasien cenderung membaik. Demam yang sebelumnya mencapai 38 derajat turun menjadi 36,’’ ungkapnya
Sumber : jpnn.com
Sumber : jpnn.com
0 komentar