Pidato Miris dan Menyedihkan dari Sang Penemu Obat Kanker Dari Indonesia

Di acara ramah tamah sekaligus pelepasan karyawan malam kemarin, Dr Warsito memberikan sebuah pidato sambutan. Karena gue iseng, akhirnya memutuskan untuk menulis langsung apa yang Dr Warsito bicarakan di pidato sambutannya tersebut. Selama menulis isi pidatonya, gue sadar dari apa yang beliau bicarakan, bahwa Dr Warsito memang adalah seorang pembesar yang visioner. Berikut apa yang disampaikannya:
“Merupakan suatu kebanggaan bagi kita bisa bertemu, walau mungkin dalam suasana yang tidak terlalu sempurna. Tapi, ini bagian bagaimana kita berkontribusi untuk dunia.
“Apa yang kita kerjakan benar-benar sesuatu yang luar biasa. Sesuatu yang selama ini dipandang tidak mungkin, menjadi mungkin. Dan kita lakukan itu semua di hadapan diri kita sendiri.

“Banyak orang belum percaya dengan hasil dari apa yang kita kerjakan. Hanya sebagian kecil saja yang percaya, dan mereka adalah orang-orang yang mendapat manfaat dari apa yang kita kerjakan.

Kanker.
“Saya kira, kanker 5-10 tahun yang lalu tak ubahnya seperti pengumuman kematian yang diberitahukan lebih cepat. Tapi, kalau kita melihat apa yang telah kita lakukan, oleh CTech Edwar Technology, saya kira pekerjaan bisa diibaratkan seperti memberi sebuah “cahaya” kepada tempat yang sudah tidak ada cahayanya lagi.
“Sebagian besar orang belum memahami pentingnya apa yang kita kerjakan. Karenanya kita harus lebih bersabar agar makin banyak lagi orang memahami pentingnya apa yang kita kerjakan.
“Saya mengambil contoh Willy (seorang pasien kanker yang dinyatakan sembuh menggunakan ECCT, karyawan perusahaan), fenomenanya terjadi itu karena kehendak Allah SWT. Karena-Nya kita bisa bersama ada di sini. Hal tersebut telah direncanakan oleh Allah. Willy tidak seorang saja. Ada adiknya, tetangganya, tetangganya tetangga willy. Itu baru beberapa contoh orang saja, sesuatu yang tadinya tidak mungkin, menjadi mungkjn. Itulah arti penting atas karya kita.
“Karena apa yang kita kerjakan sesuatu yg luar biasa maka orang tidak mudah menerimanya. Kalau kita melihat Go-Jek misalkan, sama-sama ditutup izinnya, namun bisa dibuka kembali dalam sehari. Kusrin, karyanya dibakar, sampai kemudian diubah kembali kebijakannya hanya dalam seminggu.
“Apakah yang kita kerjakan tidak lebih layak dari Go-Jek dan Kusrin? Mengapa Menkes sampai detik ini juga belum mengeluarkan keputusan? Menteri tidak perlu datang ke kantor Go-Jek dan Kusrin untuk mengubah kebijakan. Tapi, untuk kasus kita, Menristek sampai dua kali berkunjung ke CTech Edwar Technology (apresiasi untuk Prof Nasir). Menurut saya pun Presiden Jokowi bukan tidak mengetahui apa yang kita kerjakan.
“Ada seorang analis dari Belanda. Dia mengirim email tentang pendekatan yang promising terkait kanker tiga hari yang lalu. Tiga pendekatan tersebut adalah novocure, satu lagi berbasis magnet (lupa), dan ECCT. Dia bilang, dari tiga teknologi dunia ini yang paling menjanjikan dan hasilnya paling efektif adalah ECCT. Kalau kita melihat Willy, memang sesuatu yang kita kerjakan ini riil. Lalu, mengapa kita untuk menolong orang ini rasanya sulit? Itu karena apa yang kita kerjakan adalah sesuatu yang tidak ada perbandingannya di tempat lain.
“Mungkin, kita sendiri kadang tidak yakin mengerjakannya, ‘kok Willy bisa sembuh ya. Orang yang tidak mengerti kanker itu tidak percaya. Membantu Willy itu dianggap kebanyakan orang seolah-olah membantu anak sakit yang kena flu.
“Tetapi kita bukanlah sebagaimana kebanyakan orang.
“Saya kira kalau ada beberapa orang yang juga mampu mengerjakan hal seperti ini, tidak akan banyak. Karena itu, kalian harus merasa bangga dengan apa yang kita kerjakan. Jangan berkecil hati dengan apa yang kita kerjakan itu akan berkurang pahalanya, selama Anda ikhlas mengerjakannya. Tidak perlu kita berkecil hati terkait berkurangnya rezeki kita. Karena, perihal rezeki, tidak ada pengaruhnya dengan apa yang orang lain kerjakan pada kita.
“Seberapa banyak kerja yang harus kita lakukan, mulai dari menyolder sirkuit, dari yang menganilisis hasil medis, menyiapkan makan siang, sampai bapak-bapak yang membantu saya menyiapkan kantor di Modernland tahun 2003.
“Kembali lagi, tidak ada yang perlu kita khawatirkan terhadap apapun juga, karena kita sudah memberikan semua daya dan upaya. Kalau hari ini kita harus berhenti, itu bukan karena kita belum mengeluarkan semua yang kita punya. Kita sudah all out, that’s what makes it counts! Yang namanya rezeki, itu tidak akan tertahan karena tindakan orang lain pada kita. Mungkin selama 3-4 tahun ini kita bisa bersama-sama dan mendapat rezeki. Tetapi kalau kita harus berhenti dulu, Allah tidak akan menahan rezeki kita masing-masing.
“Kemudian, apa yang kita kerjakan tidak akan terhapus oleh apapun dan siapapun. Dalam artian, kalau harus berhenti dulu hari ini, maka pahala itu tak akan berkurang, siapapun yang mengerjakan dan kapanpun dikerjakannya kalau mereka terinspirasi dari apa yang kita kerjakan.
“Kita bersedih karena harus berpisah terlebih dahulu. Tapi itu adalah bagian dari proses, proses untuk meraih yang lebih besar dari apa yang kita dapatkan sekarang. Karena kalau kita tidak pernah menghadapi masalah, kita tidak akan bisa naik ke level yang lebih tinggi.
“Saya melakukan riset sejak 1992 sudah 24 tahun. Sepengetahuan saya, tidak ada satu proses pun yang berlangsung tanpa adanya tantangan maupun cobaan. Saya pernah tidak memiliki pekerjaan, tidak memiliki makanan selama seminggu, kalau makan saat itu, ya numpang. “Gempuran” dimulai dari tahun 2011 dan 2012, saat itu kita bergeming. Tahun 2013 dan 2014 pun sama, kita bergeming. Untuk saat ini, kalau nanti kita bangkit lagi, saya kira kita akan bangkit dengan lebih kuat.
“Apalagi kalau mengingat sebagian besar kalian adalah anak-anak yang baru lulus kemarin. Saya kira kalau Anda semua langsung mencicipi keberhasilan, itu terlalu bagus. Nanti kemungkinan ke depannnya tidak akan menyelamatkan kalian (kalau belum pernah merasakan kegagalan). Jadi, kalian pun memerlukan kegagalan, rasa sedih, dan jatuh. Hanya karena itulah semua akhirnya jadi kuat. Edwar Technology pun memerlukan hal tersebut dan Edwar Technology akan bangkit lebih kuat ke depannya. Jadi, jangan berkecil hati.
“Ini sebuah proses yang kita butuhkan untuk menjadi lebih baik. Kalau kita berhenti dulu, kita bisa menata kembali dengan lebih baik. Untuk karyawan yang harus berhenti dulu, terus terang ini keputusan yang paling berat. Ketika melihat seseorang pergi di hadapan kita dengan menundukkan kepalanya. Saya kira itu yang paling berat. Tapi sekali lagi, saya rasa ini perlu. Insya Allah tidak ada rezeki yang bisa diambil oleh orang lain dari kita. Jadi, kesempatan kali ini bisa kita gunakan. Yang tadinya merasa skillnya belum cukup, bisa diasah kembali. Bagi staf R&D, bisa meluangkan untuk membaca lebih banyak lagi, mengambil kelas, dan pergi sekolah untuk belajar lebih banyak lagi.
“Setelah waktu itu telah diberikan oleh Allah untuk menata apa yang kita kerjakan, saya kira kita bisa berkarya lebih besar. Bukan hanya untuk perusahaan, tetapi juga untuk Indonesia dan terlebih lagi untuk kemanusiaan. Mudah-mudahanan niat baik itu yang bisa menguatkan kita.
“Kita harus berhenti tetapi insya Allah kita kembali dengan lebih kuat. Kembali membuat manfaat untuk kemanusiaan.
“Itu saja, terima kasih.
Wa billahi taufiq wal hidayah. Wassalamu’alaikum wr wb”



Sumber : https://ibrhm205.wordpress.com/2016/01/26/pidato-dr-warsito-di-pelepasan-karyawan-ctech-grup-indonesia/

1 komentar: