Tiba-tiba, Faruk mendengar sebuah suara menjerit, “Hati-hati!” Faruk 
mulai melihat ke kanan dan ke kiri, tak pasti darimana suara itu 
berasal. Namun, tak seorangpun di sana. Kemudian, didengarnya suara yang
 sama. Kali ini, suara itu berkata, “Aku ada di bawah sini!” Tepat di 
sebelah kakinya, Faruk melihat seekor serangga yang tampak mirip sekali 
dengan semut.
“Kamu siapa?” tanya Faruk.
“Aku adalah seekor rayap,” makhluk mungil itu menjawab.
“Aku tidak pernah mendengar makhluk yang bernama rayap,” ledek Faruk. “Kamu tinggal sendiri?”
“Tidak,” jawab serangga itu, “Kami tinggal di sarang-sarang dalam 
kelompok-kelompok besar. Kalau kamu mau, aku akan memperlihatkan salah 
satu padamu.”
Faruk setuju, dan mereka berjalan. Ketika mereka tiba, apa yang 
diperlihatkan rayap pada Faruk tampak seperti sebuah bangunan tinggi 
tanpa jendela.
“Apa ini?” Faruk ingin tahu.
“Inilah rumah kami,” rayap itu menjelaskan.”Kami membangunnya sendiri.”
“Tapi, kamu begitu kecil,” bantah Faruk. “Kalau teman-temanmu 
ukurannya juga sama denganmu, bagaimana mungkin kalian bisa membuat 
sesuatu yang begitu besar seperti ini?”
Rayap tersenyum. “Kamu memang pantas terkejut, Faruk. Makhluk kecil 
seperti kami mampu membuat tempat-tempat seperti ini benar-benar 
mengejutkan. Tapi jangan lupa, semua ini gampang saja untuk Allah, 
Pencipta kita semua.”
“Lebih dari itu, selain sangat tinggi, rumah-rumah kami memiliki 
keistimewaan-keistimewaan lain. Misalnya, kami membuat ruang-ruang 
khusus untuk anak-anak, tempat-tempat untuk menumbuhkan jamur, dan kamar
 tempat ratu bertahta di rumah-rumah kami. Kami tidak lupa membuat 
sebuah sistem pertukaran hawa untuk rumah kami. Dengan cara itu, kami 
dapat menyeimbangkan kelembapan dan suhu di dalam ruangan. Dan, sebelum 
aku lupa, biarkan aku memberitahu hal-hal lain, Faruq. Kami ini tidak 
bisa melihat!” 
Faruq
 sangat takjub. “Meskipun kamu begitu kecil sampai-sampai sulit 
terlihat, kamu bisa membuat rumah-rumah persis seperti gedung-gedung 
tinggi yang dibuat manusia. Bagaimana kalian melakukan ini semua?”
Rayap itu lagi-lagi tersenyum. “Seperti kukatakan sebelumnya, 
Allah-lah yang memberi kami semua bakat-bakat luarbiasa ini. Ia 
menciptakan kami sedemikian rupa hingga kami mampu melakukan hal-hal 
semacam ini. Tapi Faruq, sekarang aku harus pulang ke rumah dan membantu
 teman-temanku.”
Faruq memahami. “Oke, aku sendiri ingin pergi dan memberitahu 
orangtua serta teman-temanku tentang apa yang telah kupelajari darimu 
barusan.”
“Gagasan yang bagus, Faruk,” Rayap melambaikan tangan. “Jaga dirimu. Semoga kita bisa bertemu lagi.”
Dikutip dari http://www.harunyahya.com/indo/anak/cerita2/cerita2_01.html
 
 
 
 
 
1 komentar: