Urgensi Dongeng Dalam Pembentukan Karakter Anak

Apakah Anda sering mendongeng, atau membacakan dongeng untuk anak dan atau siswa anda?
Jika jawaban Anda "belum", saya rasa sudah saatnya Anda mulai membiiasakan diri mendongeng, atau setidaknya membacakan dongeng untuk anak-anak Anda.

Arti ‘dongeng’ sendiri adalah cerita fiktif atau rekaan yang mengandung pesan moral

Seorang psikolog sosial, David McClelland dalam artikel The Need for Achievement mengungkapkan kalau dongeng dan cerita anak memiliki fungsi lain selain daripada sekedar membawa pesan moral. Ia menemukan bahwa dongeng sebelum tidur mempengaruhi nasib sebuah bangsa

Saat McClelland mengumpulkan 1300 dongeng dan cerita anak dari berbagai negara era tahun 1925 dan 1950, ia mendapati cerita atau dongeng yang mengandung nilai n-Ach tinggi selalu diikuti pertumbuhan ekonomi yang tinggi di negara itu dalam kurun waktu 25 tahun kemudian.


Eka Wardhana, penulis buku anak, bahwa dalam dongeng ada unsur keindahan, kehangatan, juga imajinasi. “Jadi kalau cerita fiktifnya itu seram, horor, penuh kekerasan, menurut saya itu bukan dongeng,” jelas Eka. Dalam dongeng semua makhluk khayalan bisa tercipta, seperti pohon dan binatang yang bisa bicara.

Seorang psikolog sosial, David McClelland dalam artikel The Need for Achievement mengungkapkan kalau dongeng dan cerita anak memiliki fungsi lain selain daripada sekedar membawa pesan moral. Ia menemukan bahwa dongeng sebelum tidur mempengaruhi nasib sebuah bangsa

Saat McClelland mengumpulkan 1300 dongeng dan cerita anak dari berbagai negara era tahun 1925 dan 1950, ia mendapati cerita atau dongeng yang mengandung nilai n-Ach tinggi selalu diikuti pertumbuhan ekonomi yang tinggi di negara itu dalam kurun waktu 25 tahun kemudian.

Bagaimana bisa kegiatan mendongeng mempengaruhi jiwa seseorang?
Rudi Maryati, S.Pd dan Kak Agam di http://www.dongengkakrico.com mengungkapkan beberapa manfaat mendongeng bagi anak, yakni:

Pertama, dapat mengasah daya pikir dan imajinasinya anak. Saat mendengarkan dongeng atau cerita, anak dapat membentuk visualisasinya sendiri dari cerita yang didengarkan. Ia dapat membayangkan seperti apa tokoh-tokoh maupun situasi yang muncul dari dongeng tersebut. Lama-kelamaan anak dapat melatih kreativitas dengan cara ini.

Kedua, cerita atau dongeng merupakan media yang efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika kepada anak. Karakter tokoh dalam cerita terbukti dapat berpengaruh pada perkembangan jiwa anak. Rasa suka yang dirasakan anak saat mendengarkan cerita dapat membuat anak secara tidak sadar menerima pesan moral dengan mudahnya. Anak juga diharapkan dapat lebih mudah menyerap berbagai nilai tersebut karena Sang Pendongeng di sini tidak bersikap memerintah atau menggurui, sebaliknya para tokoh cerita dalam dongeng tersebutlah yang diharapkan menjadi contoh atau teladan bagi anak.

Ketiga, dongeng dapat menjadi langkah awal untuk menumbuhkan minat baca anak. Setelah tertarik pada berbagai dongeng yang diceritakan, anak diharapkan mulai menumbuhkan ketertarikannya pada buku. Diawali dengan buku-buku dongeng yang kerap didengarnya, kemudian meluas pada buku-buku lain seperti buku pengetahuan, sains, agama, dan sebagainya.

Di samping ketiga manfaat di atas, kebiasaan mendongeng atau membacakan cerita juga dapat memperkaya kosakata anak. Semakin banyak kata yang didengar anak, maka kosa katanya akan semakin bertambah.

Bagi orang tua atau guru, kebiasaan ini dapat meningkatkan kedekatan dengan anak, Saat mendongeng atau bercerita selain terjadi transfer nilai, terjalin juga kedekatan antara orangtua dan anak. Ketika mendengar dongeng atau cerita lainnya dari orangtua, anak-anak akan semakin merasa dekat dan terikat dengan orangtuanya. Menurut Eka, dengan amat mudah anak-anak akan berpaling dari televisi, game, dan sebagainya demi mendengarkan orangtuanya bercerita. Apalagi bila selama bercerita orangtua juga menyentuh dan memeluk anak, membelai rambutnya, kehangatan dan kasih sayang tentu akan mengalir. Nah, perasaan bahagia ini akan membuat anak mudah menyerap informasi dan membuat neuron (sel-sel syaraf dan percabangannya–red) anak bersambung terus menerus.

Namun perlu diingat, keberhasilan suatu dongeng tidak saja ditentukan oleh daya rangsang imajinatifnya, tapi juga kesadaran dan kemampuan pendongeng untuk menyajikannya secara menarik. Untuk itu, saat mendongeng kita dapat menggunakan berbagai alat bantu seperti boneka atau berbagai buku cerita sebagai sumber yang dapat dibaca sebelum mendongeng.

Mengingat besarnya pengaruh dongeng, kita harus ekstra selektif dalam memilih cerita/dongeng, karena tidak semua dongeng atau cerita membawa pesan moral yang baik.

Ismail Marahaimin, salah satu guru besar Fakultas Budaya Universitas Indonesia mengungkapkan bahwa dongeng "Si Kancil Mencuri Mentimun" yang sangat populer di Indonesia bisa jadi salah satu penyebab bobroknya moral bangsa ini. 
Kita semua tentu tahu dengan pasti bahwa Si Kancil digambarkan sebagai tokoh yang pintar, namun juga licik.  Maka tidak heran jika  di negeri ini bermunculan tokoh-tokoh yang sepintar Gayus Tambunan, Artalita Suryani, Malinda Dee, dan kawan-kawan.

Cerita yang mengandung kisah-kisah kepahlawanan, patriotisme, nilai-nilai kejujuran, rendah hati, kesetiakawanan, kerja keras, hendaklah menjadi pilihan kita. 
Bagi kaum muslim, Kita dapat merujuk kisah-kisah yang terdapat dalam Al Quran, juga kisah-kisah para sahabat nabi. Al-Quran sarat akan kisah-kisah teladan, tentang bagaimana orang-orang bertaqwa mendapat balasan kebaikan, juga bagaimana orang-orang yang dzalim mendapatkan azab dari Alloh. Daripada mengambil cerita dongeng yang kurang sempurna dalam memberikan teladan, jauh lebih baik kita menceritakan kisah-kisah teladan dalam Al-Quran. Tinggal bagaimana kreatifitas kita dalam mengemas kisah-kisah tersebut supaya menarik bagi anak-anak kita.

0 komentar