Mengenal Monosodium Glutamat dan Bahayanya

Salma anakku yang baru 3 tahunan, sekarang sudah ngerti minta jajan.
“Penyakit” baru ini muncul sejak dia mulai suka main di luar rumah dan punya teman main. Sesuatu yang positif menurutku, salah satu tanda kemandiriannya.  Tapi yaa efek sampingnya itu,….Karena sering lihat temannya jajan salma jadi ikut ikutan minta jajan.
Sering kali aku harus menghadapi tatapan “aneh”  ibu-ibu tetangga, setiap kali salma berunjuk rasa dengan tangisannya setiap kali aku larang membeli makanan tertentu. seolah-olah mata mereka berkata “aku ibu yang tidak sayang anak ‘
Aku cuma tidak ingin sembarangan makanan masuk ke tubuh anakku, dapat dipastikan hampir semua jajanan, dari macam-macam snack, siomay, batagor, bakso,de-el-el, tidak lepas dari zat-zat aditif, dari pewarna, pengawet, flavour, dan MSG. Pengennya sih anakku seminimal mungkin mengkonsumsi zat-zat aditif, terutama MSG, mengingat akibatnya bagi kesehatan.


Tentang MSG  memang masih terdapat pro dan kontra soal dampak mengonsumsi vetsin atau monosodium glutamat (MSG) terhadap kesehatan.
Di tahun 60-an dilaporkan gejala dada panas, sesak napas, mual, muntah, sakit kepala, pusing, berdebar setelah makan di restoran Cina. Hal tersebut diduga akibat MSG yang terkandung dalam masakan Cina tersebut, sehingga gejalanya dinamai chinese restaurant syndrome. Namun, bagaimana gejala tersebut dapat timbul masih belum terbukti secara ilmiah.
Sejauh ini, belum banyak penelitian langsung terhadap manusia. Hasil dari penelitian dari hewan, memang diupayakan untuk dicoba pada manusia. Tetapi hasil-hasilnya masih bervariasi. Sebagian menunjukkan efek negatif MSG seperti pada hewan, tetapi sebagian juga tidak berhasil membuktikan. Yang sudah cukup jelas adalah efek ke terjadinya migren terutama pada usia anak-anak dan remaja seperti laporan Jurnal Pediatric Neurology. Memang disepakati bahwa usia anak-anak atau masa pertumbuhan lebih sensitif terhadap efek MSG daripada kelompok dewasa. Sementara untuk efek terjadinya kejang dan urtikaria (gatal-gatal dan bengkak di kulit seperti pada kasus alergi makanan), masih belum bisa dibuktikan.
Gejala mirip chinese restaurant syndrome saat ini dikenal sebagai MSG symptoms complex (MSC), yang bisa mengenai dua kelompok masyarakat. Kelompok satu adalah individu yang sensitif (intoleransi MSG). Gejalanya timbul 15 sampai 25 menit setelah mengonsumsi MSG sebanyak 2 – 3 gram pada jenis makanan berkuah, dengan kondisi perut kosong dan jangka yang pendek. Gejala akan berkurang setelah 20-30 menit sejak mulai terasa, dan hilang sama sekali dalam hitungan 1-2 jam. Keluhan lain yang dilaporkan, adanya rasa panas di leher, lengan, dada, dan kaku pada otot-otot. Pada kelompok kedua yang rentan atau sangat sensitif, konsumsi MSG 0,5 – 2,5 gram saja bisa memicu serangan asma.
Di sisi lain, Jurnal Appetite tahun 2002 melaporkan, faktor psikologis juga berpengaruh. Bila seseorang sudah merasa dirinya sensitif, maka berapapun kadar yang ada, MSG Complex Syndrome akan terjadi. Sebaliknya, ada kelompok lain yang memerlukan dosis MSG lebih tinggi dibanding rata-rata orang, untuk mendapatkan sensasi rasa lezat. Diduga, paparan terus menerus menyebabkan peninggian ambang rangsang reseptor di otak untuk asam glutamat.
Menurut survei YLKI, satu mangkuk mi baso mengandung 1,84 – 1,9 gr MSG, pada mi goreng bahkan lebih tinggi lagi bisa mencapai 3,4 gr MSG . Belum lagi jajanan dan makanan lain yang saat ini hampir semuanya menggunakan MSG.
Vetsin adalah garam natrium (sodium) dari asam glutamat (salah satu asam amino non-esensial penyusun protein). MSG yang berbentuk kristal putih ini sebenarnya tidak mempunyai rasa, tetapi mempunyai fungsi sebagai penegas cita rasa (flavor enhancer) makanan, terutama dari protein hewani (daging, ikan, ayam).
Dalam aspek gizi, vetsin tidak ada manfaat khusus dalam metabolisme atau fungsi organ. Glutamat, selain terdapat dalam tubuh, juga mendapat sumbangan dari bahan makanan yang kita makan seperti keju, telur, daging, ikan, ayam, susu, kentang, tomat, brokoli, jamur, anggur. Jadi, penambahan vetsin pada makanan sebenarnya hanya untuk menyenangkan atau memanjakan lidah dan otak kita dengan kelezatan makanan.
Bagi orang yang biasa makan makanan yang pakai vetsin,apalagi yang  suka vetsin dalam jumlah banyak, makanan yang bebas vetsin pasti terasa tidak enak. Khususnya bagi para ibu, pasti jadi beban tersendiri untuk bisa masak makanan yang enak untuk keluarganya. Tapi sebenarnya kita bisa menambahkan porsi bumbu(kalau aku, aku banyakin bawangnya) dan kaldu dalam makanan. Dengan komposisi garam, gula, kaldu, dan rempah-pempah pasti masakan kita tidak kalah enak, walaupun harus diakui sensasi rasa lezatnya memang berbeda dengan vetsin. Biaya yang harus dikeluarkan juga ekstra, tapi tidak apalah,demi kesehatan.
Setelah beberapa lama mengurangi makanan yang mengandung vetsin, lama kelamaan pasti lidah dan pusat rasa akan beradaptasi, kadar sensitivitas akan menurun.
Sebagai catatan, Selain dalam bentuk bubuk penyedap rasa, perlu diketahui pula bahwa kecap, saus tomat, bumbu-bumbu tambahan lain juga mengandung MSG. Ada yang tertulis dengan jelas pada kemasannya, ada pula yang disamarkan dengan nama lain atau tidak tercantum sama sekali.
Jadi, bila kita ingin membatasi konsumsi MSG dan natrium khususnya, gunakanlah bahan makanan segar setiap hari, gunakan bumbu rempah-rempah yang segar, baca selalu label kandungan bahan makanan tambahan.

0 komentar